cse

Sabtu, 30 Juni 2012

Awas! Jangan Terjebak Trik Marketing Sesat

Waktu itu diakhir minggu saya bersama suami dan anak jalan ke sebuah mall di kota Batam. Tujuan kami cuma untuk cuci mata sekalian belanja kebutuhan sehari- hari. Masuk ke pintu mall, di lantai dasar rupanya sedang ada pameran produk kompor listrik yang memakai aktor Indonesia sebagai dutanya.  Mereka mengambil area yang cukup luas dengan beberapa meja dan kursi yang diatur berkelompok. Beberapa kursi saya lihat sudah ada calon pembeli yang dilayani seorang atau dua orang sales. Kami karena tidak tertarik berjalan melintas saja. Namun tiba- tiba seorang pria muda menghampiri dan menawarkan kami untuk mencabut kupon undian. Saya ragu tentu saja. Saya tahu sales macam ini sangat lihai. Ada saja akal mereka untuk menjebak orang untuk akhirnya membeli produk. Sang sales menyakinkan bahwa ini benar- benar undian gratis, tanpa dipungut bayaran. Iseng saya cabut selembar amplop. Anda belum beruntung, begitu kalimat yang tertera di dalam amplop. Sang sales rupanya belum menyerah, coba lagi bu, satu kali saja. Dan dia menyodor- sodorkan sekumpulan amplop di tangannya, namun tampak sekali dia ingin saya mencabut yang tengah. Saya melirik suami saya sambil tersenyum. Saya penasaran sekali bagaimana caranya dia akan membujuk saya untuk membeli produknya. Suami saya balas tersenyum dan berkata bahwa kami tidak memerlukan kompor listrik. Sang sales sekali lagi menyakinkan bahwa ini undian gratis yang hadiahnya bisa bermacam- macam. Karena penasaran ingin tahu aksi apa yang  direncanakan team marketing mereka, saya ikut skenario. Saya cabut amplop tengah. Ting …… tulisan dalam amplop adalah kompor listrik. Sang sales terlonjak, wah…. Ibu beruntung sekali, baru kali ini ada yang mendapat kompor listrik gratis. Dia terlihat sangat excited, karena ribut.. datanglah sales yang lain merubung kami dan memberi selamat. Seakan- akan ini adalah kejadian besar dan saya adalah orang yang sangat beruntung sekali mendapatkan hadiah seharga 8 juta rupiah. Ya… harga sebuah kompor listrik adalah 8 juta rupiah. Kami lalu disuruh duduk dan sang sales berkata akan menelepon pimpinan dulu di Medan untuk mengkonfirmasikan hadiah tersebut. Kami menurut. Tapi saya dan suami sudah berbisik bahwa apapun yang terjadi kami tidak akan mengeluarkan uang sepeserpun. Dia berbicara dengan keras di telepon, mempertanyakan apakah undian tersebut masih berlaku dan benar hadiahnya begitu. Singkat kata…. Hadiah tersebut benar. Kompor gratis itu dibagikan hanya 20 unit di seluruh Indonesia dan saya adalah salah satu orang yang beruntung mendapatkannya. Dia lalu mengambil satu unit kompor yang masih terbungkus rapi dan membawanya ke meja kami. Silahkan bu diterima hadiahnya, katanya manis. Kami tersenyum dan masih menunggu kelanjutannya. Dia lalu mengeluarkan sebuah majalah dan menunjukkan keluarga pembeli kompor yang difoto dengan seorang aktor. Dia bilang foto kami nanti juga akan muncul di majalah. Lalu dia menceritakan keunggulan kompor produk mereka. Kami hanya mengangguk angguk sambil sesekali berkomentar. Akhirnya… setelah panjang lebar berkata- kata. Dia mengeluarkan daftar barang yang harus kami beli untuk menebus hadiah kompor tersebut. Pertama tama dia mengharuskan kami membeli blender dan panci seharga kurang lebih 4 juta Rupiah. Tentu saja kami menolak. Dia terus membujuk bahwa uang yang kami keluarkan sangat murah sekali untuk barang- barang berkualitas seperti itu. Lalu rekan sales yang lain ikut nimbrung dan ikut menyakinkan. Kami bilang tak ada dana sebesar itu yang tersedia saat ini. Dia lalu menanyakan apakah kami mempunyai kartu kredit? Saya mengangguk. Sepertinya itu memberi solusi buat kami. Kami bisa kredit tanpa dikenakan bunga. Kami tetap menolak. Lalu sales memberi pilihan lagi dengan penggunaan kartu kredit kami boleh memilih produk lain yang lebih murah. Produk yang perlu kami beli turun harga menjadi 2 juta rupiah saja. Dalam hati kami tertawa dan tetap menggeleng. Seru sekali perdebatan di meja kami. Lalu datang sales lain membawa kamera. Ayo bu diambil saja hadiahnya lalu kami foto, nanti sekeluarga muncul di majalah lho, katanya. Datang lagi sales yang lain memprovokasi kami untuk mengambil produk. Tapi karena kami sudah berketetapan hati untuk tidak mengeluarkan uang sepeserpun, kami tetap menggeleng. Setelah lama berusaha bahkan dibantu oleh sales- sales yang lain, mereka menyerah, dan melepaskan kami pergi. Kompor yang katanya hadiah undian gratis tidak bisa kami bawa pulang.
Kami tertawa senang karena berhasil memenangkan pertarungan itu. Sambil berlalu kami melirik meja yang lain. Sebuah keluarga sedang berfoto bersama sambil menenteng kompor. Aku berkata pada suamiku, sudah ada korban! Sungguh memprihatinkan sekali trik merketing mereka. Bersandiwara dan memanipulasi orang. Tentu saja undian itu hanya akal- akalan. Dan alangkah pandainya mereka berakting dengan ekspresi terkejut ketika undian yang kami cabut menyebutkan kompor sebagai hadiahnya. Dan kompor itu? Benarkah diperlukan? Daya yang dibutuhkan sangat besar, tak bisa kami pakai di rumah. Aku tak yakin orang- orang yang berhasil dibujuk membeli kompor tersebut memang memerlukannya. Untung kami tidak terjebak dalam skenario mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar